Hari ini 1 Desember 2008 adalah hari HIV/AIDS sedunia. Sebagai seorang yang bebas dari virus mematikan tersebut gue sangat bersyukur, dan tentunya kita semua yang bebas pastilah sangat bersyukur, namun bagi mereka yang menderita, hari AIDS sedunia ini selalu merupakan kabar buruk. Kabar buruk tersebut adalah pada setiap perayaan hari AIDS sedunia ini mereka(penderita AIDS) selalu mendapatkan statistik terbaru, entah dari survey media, lembaga masyarakat, atau aktivis – aktivis AIDS lainnya bahwa, tiap tahun terjadi peningkatan jumlah mereka yang mengidap penyakit mematikan ini
Jumah Penderita HIV/AIDS Meningkat, Penularan lewat Suntik dan PSK . Rapor pemerintah Indonesia dalam menanggulangi problem persebaran HIV/AIDS termasuk merah. Sepuluh tahun terakhir, datanya terus meningkat secara signifikan. Berdasar laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan (PP & PL Depkes) selama sepuluh tahun terakhir, jumlah penderita AIDS terus meningkat. Hingga September 2008, totalnya sudah 14.928 penderita.
Infeksi AIDS terbanyak yang dilaporkan berdasar peringkat berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua. dan Bali. Tapi, jika dilihat secara keseluruhan (total jumlah penderita HIV + AIDS + yang meninggal), DKI tertinggi. Papua menduduki peringkat kedua. Jumlah orang yang terinfeksi HIV di provinsi itu masih tertinggi di Indonesia.
''Secara global, kasus HIV/AIDS sudah menunjukkan tanda-tanda stabil. Namun, di Indonesia, epidemi masih terus berlangsung. Bahkan, dewasa ini kita tercatat sebagai negara dengan laju epidemi tercepat di Asia,'' kata Nafsiah Mboi, sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, ketika ditemui di Jakarta, kemarin.(info=koran Jawapost). Ironisnya, lanjut dia, proporsi kumulatif kasus HIV/AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok usia produktif. Antara lain, usia 20-29 tahun (53,46 persen), disusul kelompok umur 30-39 tahun (27,9 persen), dan kelompok umur 40-49 tahun (7,69 persen).
Berdasar hasil survei terpadu HIV dan perilaku tahun 2007, prevalensi di kalangan populasi kunci yang berisiko tertular telah mencapai 9,5 persen di kalangan pekerja seks komersial (PSK). Lainnya, 5,2 persen di kalangan homoseksual dan 52,4 persen pada pengguna narkoba suntik.
Direktur penanggulangan penyakit menular langsung yang juga pelaksana tugas Dirjen PP&PL Depkes RI dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K) DTMH menilai bahwa angka prevalensi HIV secara umum di Indonesia masih cukup rendah (0,16 persen). Angka prevalensi HIV pada wanita penjaja seks (WPS) tertinggi terdapat di Papua 15,9 persen, berikutnya Bali 14,1 persen, Batam 12,3 persen, Jawa Barat 11,6 persen, Jakarta 10,2 persen, Jawa Tengah 6,6 persen, Jawa Timur 6,5 persen, dan Medan 6,1 persen. Kelompok LSL (laki-laki suka laki), prevalensi HIV tertinggi di Jakarta (8,1 persen), Surabaya (5,6 persen), dan Bandung (2,0 persen).
Data – data seperti diatas bukanlah hal yang pantas dibanggakan, dan bagi mereka yang telah menghidap penyakit mematikan tersebut, data menggambarkan suatu kenyataan bahwa apa yang telah mereka rasakan tidak membuat mereka yang sehat takut. Mereka yang sehat masih saja hidup dalam gaya hidup yang bahaya dan rentan untuk menjadi penderita AIDS. Hidup kita adalah tanggung jawab kita pribadi kepada yang Pencipta kita.
Sehat adalah idaman setiap orang termasuk mereka penderita AIDS, lalu mengapa kita yang sehat justru mempertaruhkan kesehatan kita untuk kenikmatan – kenikmatan sesaat, sedangkan mereka penderita AIDS justru setiap hari berusaha keras mempertaruhkan nyawa mereka menghadapi virus HIV/AIDS?
Jumah Penderita HIV/AIDS Meningkat, Penularan lewat Suntik dan PSK . Rapor pemerintah Indonesia dalam menanggulangi problem persebaran HIV/AIDS termasuk merah. Sepuluh tahun terakhir, datanya terus meningkat secara signifikan. Berdasar laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan (PP & PL Depkes) selama sepuluh tahun terakhir, jumlah penderita AIDS terus meningkat. Hingga September 2008, totalnya sudah 14.928 penderita.
Infeksi AIDS terbanyak yang dilaporkan berdasar peringkat berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua. dan Bali. Tapi, jika dilihat secara keseluruhan (total jumlah penderita HIV + AIDS + yang meninggal), DKI tertinggi. Papua menduduki peringkat kedua. Jumlah orang yang terinfeksi HIV di provinsi itu masih tertinggi di Indonesia.
''Secara global, kasus HIV/AIDS sudah menunjukkan tanda-tanda stabil. Namun, di Indonesia, epidemi masih terus berlangsung. Bahkan, dewasa ini kita tercatat sebagai negara dengan laju epidemi tercepat di Asia,'' kata Nafsiah Mboi, sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, ketika ditemui di Jakarta, kemarin.(info=koran Jawapost). Ironisnya, lanjut dia, proporsi kumulatif kasus HIV/AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok usia produktif. Antara lain, usia 20-29 tahun (53,46 persen), disusul kelompok umur 30-39 tahun (27,9 persen), dan kelompok umur 40-49 tahun (7,69 persen).
Berdasar hasil survei terpadu HIV dan perilaku tahun 2007, prevalensi di kalangan populasi kunci yang berisiko tertular telah mencapai 9,5 persen di kalangan pekerja seks komersial (PSK). Lainnya, 5,2 persen di kalangan homoseksual dan 52,4 persen pada pengguna narkoba suntik.
Direktur penanggulangan penyakit menular langsung yang juga pelaksana tugas Dirjen PP&PL Depkes RI dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K) DTMH menilai bahwa angka prevalensi HIV secara umum di Indonesia masih cukup rendah (0,16 persen). Angka prevalensi HIV pada wanita penjaja seks (WPS) tertinggi terdapat di Papua 15,9 persen, berikutnya Bali 14,1 persen, Batam 12,3 persen, Jawa Barat 11,6 persen, Jakarta 10,2 persen, Jawa Tengah 6,6 persen, Jawa Timur 6,5 persen, dan Medan 6,1 persen. Kelompok LSL (laki-laki suka laki), prevalensi HIV tertinggi di Jakarta (8,1 persen), Surabaya (5,6 persen), dan Bandung (2,0 persen).
Data – data seperti diatas bukanlah hal yang pantas dibanggakan, dan bagi mereka yang telah menghidap penyakit mematikan tersebut, data menggambarkan suatu kenyataan bahwa apa yang telah mereka rasakan tidak membuat mereka yang sehat takut. Mereka yang sehat masih saja hidup dalam gaya hidup yang bahaya dan rentan untuk menjadi penderita AIDS. Hidup kita adalah tanggung jawab kita pribadi kepada yang Pencipta kita.
Sehat adalah idaman setiap orang termasuk mereka penderita AIDS, lalu mengapa kita yang sehat justru mempertaruhkan kesehatan kita untuk kenikmatan – kenikmatan sesaat, sedangkan mereka penderita AIDS justru setiap hari berusaha keras mempertaruhkan nyawa mereka menghadapi virus HIV/AIDS?
Image = kompas