Minggu, 30 November 2008


Hari ini 1 Desember 2008 adalah hari HIV/AIDS sedunia. Sebagai seorang yang bebas dari virus mematikan tersebut gue sangat bersyukur, dan tentunya kita semua yang bebas pastilah sangat bersyukur, namun bagi mereka yang menderita, hari AIDS sedunia ini selalu merupakan kabar buruk. Kabar buruk tersebut adalah pada setiap perayaan hari AIDS sedunia ini mereka(penderita AIDS) selalu mendapatkan statistik terbaru, entah dari survey media, lembaga masyarakat, atau aktivis – aktivis AIDS lainnya bahwa, tiap tahun terjadi peningkatan jumlah mereka yang mengidap penyakit mematikan ini 

Jumah Penderita HIV/AIDS Meningkat, Penularan lewat Suntik dan PSK . Rapor pemerintah Indonesia dalam menanggulangi problem persebaran HIV/AIDS termasuk merah. Sepuluh tahun terakhir, datanya terus meningkat secara signifikan. Berdasar laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan (PP & PL Depkes) selama sepuluh tahun terakhir, jumlah penderita AIDS terus meningkat. Hingga September 2008, totalnya sudah 14.928 penderita. 

Infeksi AIDS terbanyak yang dilaporkan berdasar peringkat berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua. dan Bali. Tapi, jika dilihat secara keseluruhan (total jumlah penderita HIV + AIDS + yang meninggal), DKI tertinggi. Papua menduduki peringkat kedua. Jumlah orang yang terinfeksi HIV di provinsi itu masih tertinggi di Indonesia. 

''Secara global, kasus HIV/AIDS sudah menunjukkan tanda-tanda stabil. Namun, di Indonesia, epidemi masih terus berlangsung. Bahkan, dewasa ini kita tercatat sebagai negara dengan laju epidemi tercepat di Asia,'' kata Nafsiah Mboi, sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, ketika ditemui di Jakarta, kemarin.(info=koran Jawapost).  Ironisnya, lanjut dia, proporsi kumulatif kasus HIV/AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok usia produktif. Antara lain, usia 20-29 tahun (53,46 persen), disusul kelompok umur 30-39 tahun (27,9 persen), dan kelompok umur 40-49 tahun (7,69 persen). 

Berdasar hasil survei terpadu HIV dan perilaku tahun 2007, prevalensi di kalangan populasi kunci yang berisiko tertular telah mencapai 9,5 persen di kalangan pekerja seks komersial (PSK). Lainnya, 5,2 persen di kalangan homoseksual dan 52,4 persen pada pengguna narkoba suntik. 

Direktur penanggulangan penyakit menular langsung yang juga pelaksana tugas Dirjen PP&PL Depkes RI dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K) DTMH menilai bahwa angka prevalensi HIV secara umum di Indonesia masih cukup rendah (0,16 persen). Angka prevalensi HIV pada wanita penjaja seks (WPS) tertinggi terdapat di Papua 15,9 persen, berikutnya Bali 14,1 persen, Batam 12,3 persen, Jawa Barat 11,6 persen, Jakarta 10,2 persen, Jawa Tengah 6,6 persen, Jawa Timur 6,5 persen, dan Medan 6,1 persen. Kelompok LSL (laki-laki suka laki), prevalensi HIV tertinggi di Jakarta (8,1 persen), Surabaya (5,6 persen), dan Bandung (2,0 persen). 

Data – data seperti diatas bukanlah hal yang pantas dibanggakan, dan bagi mereka yang telah menghidap penyakit mematikan tersebut, data menggambarkan suatu kenyataan bahwa apa yang telah mereka rasakan tidak membuat mereka yang sehat takut. Mereka yang sehat masih saja hidup dalam gaya hidup yang bahaya dan rentan untuk menjadi penderita AIDS. Hidup kita adalah tanggung jawab kita pribadi kepada yang Pencipta kita.  

Sehat adalah idaman setiap orang termasuk mereka penderita AIDS, lalu mengapa kita yang sehat justru mempertaruhkan kesehatan kita untuk kenikmatan – kenikmatan sesaat, sedangkan mereka penderita AIDS justru setiap hari berusaha keras mempertaruhkan nyawa mereka menghadapi virus HIV/AIDS?
Image = kompas



Senin, 24 November 2008

PG (pengalaman Gue)


PG (pengalaman Gue)

Kemarin 24/11 gw dan pasangan pergi ke ke bioskop XXI buat nonton film
Kali ini XXInya agak lain dari biasanya. Setelah membaca iklan di koran tentang film 3D(tiga dimensi), maka mengalirlah gairah untuk nonton tuh film, penasaran kaya gimana seh film 3D kalo di bioskop? Kalau jaman dulu ada juga film yang 3D yang ditayangin di TV, kalo ga salah judulnya ”Remi”
Nah kembali ke rencana nonton di atas, kita lalu pergi ke Ex (extentionnya Plaza Indonesia)setelah sampai lalu gw liat film yang mau gw tonton The Journey to the Center of the Earth yang dimainin sama Brendan Fraser.
Ternyata di Premierenya juga ditayangin film yang sama, karena gw pernah diceritain kalau di Premiere XXI nontonnya bisa ampe tiduran ya udah gw pesan studio itu 2 tiket. Kasirnya sempet nanya mau yang 3D atau yang biasa, gw minta yang 3D 2 tiket. Setelah dari toilet, kita lalu buru – buru masuk ke studio Premiere, eh ternyata salah studio, kita malah diantar petugasnya ke studio biasa yang bangku penontonnya lebih banyak. Memang pas beli karcis bangku penontonnya seh banyak, gw mau nanya bukannya bangkunya dikit kalo Premiere, tapi ga jadi. Petugas tersebut mengantar kami ke studio 1 XXI, di depan pintu masuk studio ada beberapa orang petugas cw dan cowo, yang memberikan kaca mata 3D. Wah akhirnya kali ini gak mungkin salah.
Filmnya seh udah mulai 5 menitan, ternyata layarnya layar bioskop biasa, tapi kalau ga pake kaca mata 3Dnya gambarnya berbayang. Kaca mata yang dikasi beda sama yang kaya dulu buat nonton ”remi” 3D di TV biasa. Kaca matanya agak berat karena kaca/lensa 3Dnya tebel banget, tapi rangkanya sepertinya tetep dari kardus, tapi agak tebel. Jadi berat d kalo dipake di mata, apalagi yang gak biasa pake kaca mata.
Filmnya bagus banget seh, dan lumayan lama juga. Banyak adegan – adegan yang membuat jantung berdebar apalagi dengan kaca mata 3D seakan – akan kita mengalami langsung petulangan Brendan Fraser Cs. Pokoknya gak rugi d nonton 3D, tapi musti agak sabar aja pegangin tuh kaca mata, soalnya ukurannya kan di seragamin jadi, yang punya raut muka agak kecil ya pasti kaca matanya kebesaran.
Gak tahu d film ini ditayangin 3D juga dinegeri asalnya atau enggak, yang jelas gw cukup terpuaskan oleh film ini, mudah – mudahan banyak film petualangan lainnya diformat menjadi film 3D seperti mungkin Jurassipark, atau Indiana Jones yang jelas film – film berlatarkan alam yang pemandangannya keren abisssss plus perbanyak lage XXI yang menayangkan film dengan format 3D.
Nah selamat penasaran, gw bohong atau nggak....Selamat membuktikan

NB: Dari kualitas suara seh ok banget, bangkunya ampe geter dibeberapa adegan, tapi kalo bisa goyang dan gerak kaya petualangan Robocop or Extreme Log di Dufan, pasti lebih ok....Maju terus XXI Indonesia.

Minggu, 23 November 2008



ComGu)

Bukan Basa Basi……..
Itulah iklan sebuah iklan rokok pada awal tahun 2000an…..
Kata – kata tersebut mengartikan produk rokok yang berkualitas dan bukan rokok dengan tembakau kualitas rendah. Slogan tersebut lebih cocok dikeluarkan bagi para perokok yang menikmati tembakau dari merk rokok tersebut. Namun jika kata – kata”basa – basi” tersebut daputar balikkan maka akan menjadi ”isab – asab”, nah kalau slogan ini tentunya cocok pagi mereka perokok pasif yang menederita dampak dari asap rokok hasil para perokok aktif.  
Indonesia melakukan sebuah langkah yang baik untuk melindungi para perokok pasif dengan membuat rancangan undang – undang tentang larangan rokok ditempat umum.
Sementara itu, sejak tahun 2005, Pemprov DKI memiliki aturan tentang larangan merokok di tempat umum. Aturan itu tertuang dalam Perda No 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara serta Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok. Kawasan yang ditetapkan bebas asap rokok antara lain tempat penyelenggaraan pendidikan dan penitipan bayi, pusat perbelanjaan dan pasar, tempat ibadah, tempat kerja, angkutan umum, pelabuhan dan bandara.
Nantinya keuntungan pearturan - peraturan tersebut(UU atau PerDa) tentunya sangat dirasakan para perokok pasif/mereka yang tidak merokok namun sering haru smenderita akibat asap rokok yang dihisap orang lain. Sepertinya semua sudah memahami bahwa menjadi perokok pasif lebih berbahaya dari pada menjadi perokok aktif, oleh karena itu banyak berpendapat dari pada menjadi perokok pasif dan lebih cepat menderita kanker paru paru, lebih baik merokok sekalian. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan pertumbuhan jumlah perokok di Indonesia. Sebenarnya masih banyak lagi alasan – aslasan yang tidak logis perokok di Indonesia, contohnya masalah kejantanan/kelaki-lakian dimana para pria merasa lebih macho dan jantan bila menghisap rokok tersebut, padahal wanita juga banyak yang menghisap rokok, apakah itu berarti wanita tersebut juga inghin merasa macho atau jantan? Ada lagi kebiasaan yang telah menjadi budaya wajib para perokok dan hal ini sudah seperti tangan yag memberikan hormat saat lagu kebangsaan dinyanyikan atau bendera kebangsaan dinaikkan di tiang, intinya ini menjadi suatu rasa patriotisme yang tinggi bagi perokok terhadap tumbuhan tembakau tersebut. Budaya tersebut adalah menghisap rokok setelah menikmati santapan/makanan. Setiap kali ditanya kenapa mereka(perokok)harus merokok setelah menyantap makanan, jawabanya selalu sama ”mulut gw asem neh abis makan” jawaban tersebut akan menjadi jawaban aneh kalau makanannya bukan termasuk masakan yang asem(mis: sayur asem). Padahal makannya pakai jengkol dan tempe, lalu apanya yang asem? Kebudayaan merokok setelah makan pun didukung oleh banyak rumah makan entah sengaja atau tidak mereka justru memberi dukungan bagi para perokok untuk mempunyai semangat patriotisme terhadap gulungan tembakau kering yang siap dibakar. Kalau setelah makan menikmati buah atau jus segar masih bisa diterima akal sehat, karena selain bergiji, rasanya juga menetralisir makanan yang membuat kadar asam mulut bertambah. Kebudayaan tersebut menular sampai kegiatan menikmati sebuah kopi hangat, jika pasangan kopi hangat adalah goreng pisang atau singkong hal tersebut masih wajar, namun jika harus menghisap rokok apa singkronisasinya? Menikmati sebuah kopi hangat sudah cukup menghilangkan ketegangan dan memberikan rasa tenang, lalu merokok, apakah itu pasangan khusus pada kopi?seperti gorengan tanpa cabe rawit?
Undang – undang memang sudah dibuat namun jika pelaksanaannya tidak dimaksimalkan undang – undang hanya akan menjadi kata – kata mahal pada kertas putih, karena untuk mencari kata – kata tersebut membutuhkan unag rakyat yang banyak...Pemerintah dan anggota Dewan seharusnya tegas dan memberi contoh membangun, jangan seperti sekarang ini pimpinan sidang pengesahan undang – undang sendiri malah merokok, padahal itu berada diruangan ber AC, kalau sudah demikina anggota lain jugaz merokok, nah kalau wakil rakyat merokok masa rakyatnya ga boleh ngerokok? Lalu buat apa dan siapa undang - undang anti rokok yang sebentar lagi disahkan???
Image= Kompas 11/11/2008



Rabu, 19 November 2008

Rencana penurunan harga bensin dan pengaruhnya


Mobil gue lage kehaisan bensin neh.... ya udah d gue komenin aja tentang rencana penurunan harga bahan bakar dan pengaruhnya....

PEMERINTAH berencana menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium sebesar Rp500 mulai 1 Desember mendatang. 

Rencana tersebut disambut baik masyarakat lantaran dinilai mampu mengurangi beban hidup mereka di tengah situasi ekonomi yang kian sulit belakangan ini, walaupun sebenarnya kebijakan tersebut belum tentu mendorong peningkatan daya beli masyarakat. 

Nominal penurunan harga premium sebesar Rp500 belumlah cukup.Sebab, jumlah itu tidak sebanding dengan harga bahan bakar yang sama pada saat dinaikkan pada April lalu yang mencapai kisaran Rp1.500.Di samping itu,sektor industri juga tidak akan menurunkan harga produk- produknya karena sudah dihitung berdasarkan patokan harga BBM saat ini. 

Seharusnya kebijakan penurunan harga bahan bakar solar lebih tepat ketimbang premium. Sebab, pengguna solar mayoritas merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah seperti nelayan,pengusaha kecil dan menengah, serta pengelola angkutan umum dan barang. Merekalah orang-orang yang sebenarnya perlu dibantu pemerintah. 

Kalau harga solar turun, biaya yang ditanggung masyarakat kecil otomatis turun pula. Menurut gue Harga solar seharusnya bisa turun berkisar antara Rp500 – Rp800,- Jika ini terjadi maka secara perlahan maka ongkos transportasi umum juga bisa dipangkas.  

Sekarang biarlah Pemerintah memutuskan apakah hanya Premium saja yang diturunkan atau Solar juga ikut diturunkan. Sebagai rakyat gue, juga ingin wakil – wakil rakyat yang berada di gedung rakyat seharusnya bisa ikut berpikir dan memberikan anjuran/masukan untuk pemerintah tentang penurunan harga bahan bakar serta mencari cara agar daya beli masyarakat tidak lagi rendah. Wakil – wakil rakyat yang menjadi anggota dewan jangan cepat – cepat “meninggalkan” pekerjaan rumah bangsa ini, jangan mentang – mentang kurang dari 1 tahun lagi menjabat, waktu sisa ini digunakan untuk menghabiskan anggaran negara untuk hal – hal yang tidak perlu seperti merenovasi kantor/ruang kerja yang sebenarnya masih mewah.

Kerjasama Pemerintah dan anggota dewan sangat diperlukan untuk mengatasi krisis gi negara ini.....

Selasa, 18 November 2008



 

Komentar gue kali adalah tentang lahan hijau di Jakarta yang sangat sedikit. Topik ini gue dapetin setelah gue nonton acara trans 7 “Selamat Pagi” edisi rabu. Acara tersebut membahas lahan hijau di kota Jakarta, menurut bintang tamu pada acara tersebut yang berasal dari dinas pertamanan, Jakarta seharusnya mempunyai 30% lahan hijau seperti taman. Taman Senopati adalah salah satu contohnya, selain fungsinya untuk menyerap polusi udara serta tentunya air hujan, dan taman tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat rekreasi serta kegiatan – kegiatan warga kota ynag melepaskan kepenatan dengan pemandangan yang hijau menyegarkan. Tapi menurut bintang tamu itu lagi, tempat – tempat hijau seperti itu, sekarang baru mencapai 10% dari target 30%. Pada tahun 2010 rencananya dinas pertamanan akan menigkatkannya menjadi 14%, namun menurutnya itu tak mungkin terjadi karena membutuhkan biya yang sangat besar untuk pembebasan tanah.
Menurut gue keadaan Jakarta sudah sangat kacau, Jumlah penduduk yang bertambah akan membuat jumlah aktivitas dan hasil aktivitas tersebut juga bertambah. Aktivitas tinggi terlihat setiap detik di kota ini, setiap individu selalu ingin cepat, ini juga mungkin akibat dari persaingan sosial yang tinggi dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup, setiap individu yang ingin cepat kemudian mencari kebiasaan – kebiasaan instan, seperti menggunakan kendaraan pribadi serta tidak perlu menumpang kendaraan umum yang sering berhenti mencari penumpang, lalu hasilnya adalah kemacetan akibat jumlah kendaraan yang lebih banyak dari pohon – pohon dipinggir jalan. Dampak lebih lanjutnya adalah polusi udara dan suara dari kendaraan – kendaraan bermotor. Sebenarnya masih banyak dampak dari kepadatan penduduk dan kurang sigapnya pemda DKI mengatur masalah kependudukan. Satu yang pasti, sepertinya pengurus – pengurus kota ini bingung, bagaimana harus memberikan tempat yang layak bagi para penduduk kota. Lahan – lahan tidak diatur dengan baik, jantung kota yang seharusnya merupakan daerah penghijauan pun dipakai untuk memberi tempat tinggal kepada penduduk perkotaan, lalu yang tak kalah fatalnya justru daerah pinggiran sekitar pantai juga diuruk serta dibangun fasilitas perumahan. Lalu dimana tempat sirkulasi atau pertukaran udara kotor dengan bersih? Dimana tempat penampungan air jika hujan turun dengan intensitas yang tinggi? Lalu apakah yang dapat mencegah ROB(air pasang) jika pohon – pohon bakau dipinggiran pantai sudah tinggal kenangan?