Kamis, 22 Januari 2009




(KomGu)

Tarif angkutan


Pemerintah sudah menurunkan tarif bbm sebanyak 3x sepanjang 3 bulan terakhir. Seharusnya masyarakat sudah b isa merasakan dampaknya, namun kenyataannya, dampaknya masih belum banyak terasa. Memang bagi mereka yang memiliki kendaraan pribadi(motor/mobil) bisa langsung merasakan dampaknya, namun tidak demikian bagi para pengguna sarana transportasi umum. Tarif angkutan umum yang telah terlanjur dinaikan pada saat harga minyak dunia melambung tinggi, masih enggan diturunkan pihak organda. Organda mempunyi alasan - alasan untuk tidak menurunkan tarif angkutannya diantaranya dengan memberikan alasan bahwa harga bahan bakar memangturun, namun harga sphere part bus yang melambung tingi akibat kenaikan rendahnya jmata uang Rupiah dibandingkan Dollar Amerika. Kenyataan yang berkembang adalah pada saat tarif anggkutan dinaikan harga tukar Rupiah menembus sekitar 13.000 per Dollar Amerika, sedankan skarang harga Dollar hanya berkisar 11.000 rupiah per Dollar Amerika. Sebagai pengguna fasilitas publik ini saya jga merasakan keberatan, namun keberatan saya bukan semata - mata karena tarif angkutannya yang mahal tapi ada beberapa alasan tertentu. Alasan yang pertama adalah fasilitas dari bus yang biasa saya gunakan sebenarnya tidak ada perubahan atau dengan kata lain tidak ada pergantian sphere part, hal ini dilihat dari fisik serta dari suara mesin yang terdengar, bahkan pembuangan dari knalpot juga masih sama dan bahkan lebih hitam lagi asap yang dikeluarkannya. Hal tersebut belum seberapa, yang lebih parahnya lagi keselamtan juga tidak terjamin karena bus - bus sering kebut-kebutan. Bila belum ada bus yang jurusannya sama, maka bus berhenti lama sekali menunggu penumpang, namun jika beberap ratus meter terlihat bus dengan jurusan yang sama maka, bus tersebut langsung tancap gas secepat - cepatnya. Sekarang bus sudah sama sekali tidak takut untk melintasi jalus busway, untuk menghindari saingannya bus selalu memakai jalur busway agar terhindar dari kemacetan, parahnya lagi penumpang yang ingin turunpun ditinggalkan begitu saja di jalur busway, sehingga penumpang tersebut harurs menyebrangi kepadatan mobil yang melaju. Apalagi jika kebut kebutan tersebut menyebabkan bus tertabrak sepada motaor atau kendaraan laiinya, hal ini jelas berbahaya bagi penunmpang dan pengguna jalan raya laiinya. Angkutan umum terutama bus juga selalu memaksakan jumlah atau kapasitas ngkutan tersebut, walaupun sudah penuh tetap saja kondekturnya memaksakan menaiki penumpang.
Kenaikan tarif sebenarnya tidak masallah jika saja pihak organda mampu memperbaiki fasilitas bus yang rata - rata memasuki usia puluhan tahun, dan penngkatan mutu dan keamanan bagi penggunanya, tetapi jika hal tersebt saja jauh dari harapan memperthankan tarif yang seperti saaat ini tidaklah signifikan.